Kamis, 12 November 2009 | 00:33 WIB
TEMPO Interaktif, Jakarta - "Sekarang uang emak ada lima juta, sudah nabung lima tahun. Kalau sekarang naik haji, ongkosnya tiga puluh juta, berapa tahun lagi ya, Zein?" Emak (diperankan Aty Kanser) tengah mengkalkulasikan kesempatannya untuk beribadah haji. Umurnya kini sudah 61 tahun. Untuk beribadah haji tahun ini, butuh Rp 30 juta.
Kalau lima tahun bisa menabung Rp 5 juta, berarti butuh sekitar 25 tahun lagi agar uang Emak cukup. "Jadi naik hajinya umur 86 tahun ya, Zein, mudah-mudahan masih ada umur, ya," ucap Emak. Zein (Reza Rahardian), anak bungsunya, hanya termangu diam.
Emak Ingin Naik Haji, begitulah judul film yang diangkat dari cerpen karya Asma Nadia ini. Film yang disutradarai Aditya Gumay itu segera diputar di bioskop.
Dikisahkan, Emak adalah janda yang ditinggal mati suami dan anak sulungnya, berhasrat besar pergi beribadah haji. Kondisi ekonomi yang hanya bergantung pada penghasilan membuat kue apem dan pekerjaan Zen yang menjual lukisan keliling, membuat impian itu jauh dari kenyataan. Namun, emak terus gigih menabung seperak demi seperak.
Lima jengkal dari gubuknya yang reot, berdiri megah rumah saudagar kapal Haji Sa'un (Didi Petet). Mereka sekeluarga berencana Umroh untuk keenam kalinya. Tiap kepergian mereka, sebelumnya diadakan selamatan mewah mengundang para tetangga. Tiap itu pula Emak kecipratan order bikin kue apem.
Di lain kisah, ada Pak Joko, seorang pengusaha yang berambisi menjadi wali kota. Untuk meraih simpati penduduk, ia membutuhkan titel haji di depan namanya. "Pemilih di daerah sana mayoritas muslim kental, Pak, jadi kalau haji, lebih meyakinkan," kata sang sekretaris (diperankan Cut Memey).
Aditya Gumay menyuguhkan tiga perbandingan perihal motivasi masing-masing orang pergi ke Tanah Suci. Keluarga saudagar yang melaksanakan haji sebagai rutinitas, emak yang sungguh rindu Rumah Allah, dan si pengusaha yang cuma butuh gelar.
Film keluaran Mizan Production ini dikemas tanpa bertele-tele. Ringkas dengan alur cerita yang sewajarnya. Tiga kisah yang terpenggal akhirnya saling berkaitan. Sejak awal, cerita Emak dan Haji Sa'un memang saling mengisi, tapi keterkaitannya baru muncul di bagian akhir. Agaknya terlalu jauh, memang, sehingga penonton bertanya-tanya korelasi keduanya.
Di luar itu, mempercayakan Aty Kanser sebagai Emak adalah pilihan cerdas. Wajahnya yang familiar di banyak film, sinetron, dan film televisi (FTV), yang sering kebagian tokoh semacam Emak, menjadikan penampilannya sebagai pemeran utama begitu cemerlang. Wajah Aty yang bersahaja dan keibuan mampu membawa penonton pada perasaan simpatik dan iba.
Beradu akting dengan Reza Rahardian, duo lakon ibu-anak dalam film itu serasa nyata dan begitu meyakinkan. Namun, peran Niniek L. Karim sebagai istri berdarah Betawi di sini agak mengganggu karena logatnya dan tutur khas betawi tak berhasil dikeluarkannya.
Sayangnya, latar kehidupan masyarakat pesisir pantai, tempat Emak dan Haji Sa'un tinggal, luput dari eksplorasi Gumay. Wisata pantai, perkampungan nelayan, dan aktivitas tradisional melaut Pelabuhan Ratu seharusnya bisa menjadi perjalanan visual ciamik yang bikin film tambah cantik.
Selain itu, dalam beberapa adegan, suara percakapan terlalu bersih, tidak bisa menangkap suasana sekitar. Itu membuat kesan natural menjadi berkurang. Seolah-olah dialog ini di-dubbing di studio.
Aditya melakukan sejumlah modifikasi terhadap cerita asli, misalnya memunculkan tokoh baru hingga ending yang berbeda dari cerpen Asma. Namun, pilihan ending oleh Gumay ini seharusnya disokong oleh eksekusi yang tuntas. Sebab, cerita berakhir dengan pemotongan yang tanggung.
Untuk soal ini, Aditya berujar, "Memang saya mendapat banyak respons. Mereka kaget, ternyata film sudah habis. Mereka ingin ada sedikit keterangan cerita dari ending itu." AGUSLIA HIDAYAH
Judul: Emak Ingin Naik Haji
Genre: Drama Religi
Sutradara: Aditya Gumay
Pemain: Aty Kanser, Reza Rahardian, Didi Petet, Niniek L. Karim, Ayu Pratiwi, Henidar Amroe,
Ustad Jeffry Al-Bukhori
Produksi: Mizan Productions & Smaradhana Pro
Kalau lima tahun bisa menabung Rp 5 juta, berarti butuh sekitar 25 tahun lagi agar uang Emak cukup. "Jadi naik hajinya umur 86 tahun ya, Zein, mudah-mudahan masih ada umur, ya," ucap Emak. Zein (Reza Rahardian), anak bungsunya, hanya termangu diam.
Emak Ingin Naik Haji, begitulah judul film yang diangkat dari cerpen karya Asma Nadia ini. Film yang disutradarai Aditya Gumay itu segera diputar di bioskop.
Dikisahkan, Emak adalah janda yang ditinggal mati suami dan anak sulungnya, berhasrat besar pergi beribadah haji. Kondisi ekonomi yang hanya bergantung pada penghasilan membuat kue apem dan pekerjaan Zen yang menjual lukisan keliling, membuat impian itu jauh dari kenyataan. Namun, emak terus gigih menabung seperak demi seperak.
Lima jengkal dari gubuknya yang reot, berdiri megah rumah saudagar kapal Haji Sa'un (Didi Petet). Mereka sekeluarga berencana Umroh untuk keenam kalinya. Tiap kepergian mereka, sebelumnya diadakan selamatan mewah mengundang para tetangga. Tiap itu pula Emak kecipratan order bikin kue apem.
Di lain kisah, ada Pak Joko, seorang pengusaha yang berambisi menjadi wali kota. Untuk meraih simpati penduduk, ia membutuhkan titel haji di depan namanya. "Pemilih di daerah sana mayoritas muslim kental, Pak, jadi kalau haji, lebih meyakinkan," kata sang sekretaris (diperankan Cut Memey).
Aditya Gumay menyuguhkan tiga perbandingan perihal motivasi masing-masing orang pergi ke Tanah Suci. Keluarga saudagar yang melaksanakan haji sebagai rutinitas, emak yang sungguh rindu Rumah Allah, dan si pengusaha yang cuma butuh gelar.
Film keluaran Mizan Production ini dikemas tanpa bertele-tele. Ringkas dengan alur cerita yang sewajarnya. Tiga kisah yang terpenggal akhirnya saling berkaitan. Sejak awal, cerita Emak dan Haji Sa'un memang saling mengisi, tapi keterkaitannya baru muncul di bagian akhir. Agaknya terlalu jauh, memang, sehingga penonton bertanya-tanya korelasi keduanya.
Di luar itu, mempercayakan Aty Kanser sebagai Emak adalah pilihan cerdas. Wajahnya yang familiar di banyak film, sinetron, dan film televisi (FTV), yang sering kebagian tokoh semacam Emak, menjadikan penampilannya sebagai pemeran utama begitu cemerlang. Wajah Aty yang bersahaja dan keibuan mampu membawa penonton pada perasaan simpatik dan iba.
Beradu akting dengan Reza Rahardian, duo lakon ibu-anak dalam film itu serasa nyata dan begitu meyakinkan. Namun, peran Niniek L. Karim sebagai istri berdarah Betawi di sini agak mengganggu karena logatnya dan tutur khas betawi tak berhasil dikeluarkannya.
Sayangnya, latar kehidupan masyarakat pesisir pantai, tempat Emak dan Haji Sa'un tinggal, luput dari eksplorasi Gumay. Wisata pantai, perkampungan nelayan, dan aktivitas tradisional melaut Pelabuhan Ratu seharusnya bisa menjadi perjalanan visual ciamik yang bikin film tambah cantik.
Selain itu, dalam beberapa adegan, suara percakapan terlalu bersih, tidak bisa menangkap suasana sekitar. Itu membuat kesan natural menjadi berkurang. Seolah-olah dialog ini di-dubbing di studio.
Aditya melakukan sejumlah modifikasi terhadap cerita asli, misalnya memunculkan tokoh baru hingga ending yang berbeda dari cerpen Asma. Namun, pilihan ending oleh Gumay ini seharusnya disokong oleh eksekusi yang tuntas. Sebab, cerita berakhir dengan pemotongan yang tanggung.
Untuk soal ini, Aditya berujar, "Memang saya mendapat banyak respons. Mereka kaget, ternyata film sudah habis. Mereka ingin ada sedikit keterangan cerita dari ending itu." AGUSLIA HIDAYAH
Judul: Emak Ingin Naik Haji
Genre: Drama Religi
Sutradara: Aditya Gumay
Pemain: Aty Kanser, Reza Rahardian, Didi Petet, Niniek L. Karim, Ayu Pratiwi, Henidar Amroe,
Ustad Jeffry Al-Bukhori
Produksi: Mizan Productions & Smaradhana Pro
Tidak ada komentar:
Posting Komentar